NEW!

Incredible offer for our exclusive subscribers!

Readmore

NEW!

Incredible offer for our exclusive subscribers!

Readmore

LISBON

(Valentino Luis/cahayaglobalwisata.com)

Dimafhumi peran pentingnya dalam pembabakan sejarah modern, bahkan sempat berjaya sebagai penguasa buana. Oleh dominasinya pada masa Discovery Age, dijuluki sebagai ‘Cahaya Eropa.’ Kini, orang terpikat oleh reputasinya sebagai kota kosmopolitan dengan biaya hidup termurah se-Eropa.

Teks & Foto: Valentino Luis

Selain berfungsi sebagai ibukota negara Portugal, Lisbon sekaligus merupakan barometer pariwisata bagi tanah air pesepakbola Cristiano Ronaldo. Area urbannya  sebesar 958 km2 atau 5,7 kali lebih luas dari Bandung. Jantung administratifnya saja mencakup 84.8 km2 dan terisi penuh dengan begitu banyak monumen, alun-alun lapang, taman, museum, beserta puluhan arsitektur memukau. Setiap pengunjung bisa leluasa menelusuri titik-titik ikonik dengan  berjalan kaki santai. Ya, ia memang ramah bagi pedestarian.

Dalam pelafalan lokal disebut Lisboa, sedangkan bagi sejumlah negara lain diberi nama Lissabon. Kota ini berada di tepi Sungai Tagus.yang bermuara ke Samudera Atlantik. Tak heran di masa lampau ia berjaya dalam menaklukan dunia lewat armada-armada pelayaran. Berlayar menyusuri Sungai Tagus dan meneropong Lisbon dari perairan akan memberi kenangan tersendiri tentang sejarah penjelajahan dunia. Tersedia beragam trip dari banyak penyedia jasa untuk aktifitas itu. Anda patut menjajal sunset trip, dinner on the boat trip, atau menuju daerah seberang sungai.

Meskipun kontur Lisbon berbukit-bukit dan melikii sedikit lahan yang rata, tapi tak jadi alasan mempersulit transportasi. Kota ini dilengkapi sarana angkut publik beragam meliputi bus, Metro, kereta api, ferry, trem, dan funicular. Trem dan funicular mungkin tak seefisien yang lain karena kecepatannya rendah namun tentu paling menyenangkan untuk menikmati wisata kota. Dan kondisi yang berbukit-bukit ini memberikan sajian pemandangan yang bervariasi dari lereng ke lereng.

Merujuk pada sejarahnya, Lisbon dibangun oleh bangsa Venesia lalu dikuasai Romawi sehingga wajarlah sana-sini terdapat jejak peninggalan Romawi termasuk konsep pertamanan dan praça (alun-alun). Ini membuat tampilannya tak beda jauh dengan Roma, pusatnya peradaban Romawi, secara topografi keduanya dikitari tujuh bukit. Dari situlah Lisbon dijuluki ‘Kota Tujuh Bukit,’ A Cidade das Sete Colinas. Tapi dalam hal usia, sedikit orang yang tahu bahwa usianya jauh lebih tua dari Roma. Lisbon bersama Athena, tercatat sebagai dua metropolitan tertua di Benua Putih.

JANTUNG LISBON

Sekeluarnya dari bandara internasional Aeroporto da Portela, kendaraan bakal membawa Anda ke pusat Lisbon. Pemandangan dari bandara ke pusat kota lebih dominan oleh perumahan dan pertokoan, terkesan seperti berkendaraan di Jakarta. Ketika menjangkau Praça do Marquez de Pombal barulah tampak rupa Lisbon sebagai pusat pelesiran. Di sekitar praça (alun-alun/ square) ini berdiri banyak akomodasi kelas medium. Lokasi ini cocok bagi mereka yang mementingkan faktor kedamaian sebab meski sudah di pusat kota, kawasan ini terbilang hijau dan tak terlalu hiruk-pikuk. Praca ini adalah hulu dari bulevar Avenida da Liberdade. Di bulevar sepanjang 1,6 km dengan pedestarian lapang nan teduh kembarannya Champs Elysées kota Paris tersebut bertenggerlah galeri serta butik-butik mahal merek terkenal, membuatnya masuk dalam hitungan bulevar termahal sejagat.

Ujung dari bulevar adalah Praça dos Restauradores, alun-alun yang dibangun sebagai pengingat peristiwa restorasi kebebasan Portugal atas kungkungan Spanyol selama 60 tahun (1580-1640). Ditandai oleh sebuah obelisk, lokasi ini dikitari oleh sejumlah bangunan cantik , sebut saja Orion Eden yang sebelum berubah menjadi hotel ia aslinya gedung teater. Arsitekturnya elok dengan kaca tembus pandang sehingga Anda bisa melihat rimbunan pepohonan yang ditanam di tengah bangunan, bak hutan mini. Malam hari pemandangan tambah cantik oleh permainan lampu.

Tepat di samping Orion Eden, berdiri istana berwarna merah jambu, Palácio Foz. Semula bernama Palácio Castelo Melhor, dan sebenarnya bulevar Avenida da Liberdade adalah halaman depan istana yang pada abad ke-18 berupa taman bunga nan panjang. Interior Palácio Foz amat cemerlang.

Setelah ini, untuk meletupkan semangat, arahkan tujuan Anda ke bagian kota bernama  Bairro Alto. Lokasinya berkisar sepanjang lereng bukit. Walau tak begitu mendaki dan cukup singkat mencapainya dengan berjalan kaki, tapi Anda barangkali tertarik mencoba cara unik yaitu menumpang kereta kabel kuno, Elevador da Gloria. Tempat mangkalnya pas di lorong sebelah Palácio Foz, keretanya berbentuk pipih warna kuning putih dan mampu menampung 20 orang. Ia merupakan satu dari sekian banyak trem kuno di Lisbon berstatus benda cagar budaya nasional lantaran sudah eksis sejak 1885.

Sesampainya di area atas, Anda langsung bersua Miradouro de São Pedro de Alcantara, sebuah taman teras luas yang memaparkan pemandangan kota Lisbon secara terbuka. Di depan mata tampak jelas bukit berhiaskan kastil St. George atau dalam bahasa lokalnya disebut Castelo de São Jorge, visual rumah-rumah modern di antara rumah tua, Sungai Tagus, dan banyak landmark Lisbon lainnya.

Melangkahkan kaki beberapa meter di samping Miradouro de São Pedro de Alcantara, terdapat Convento do Carmo, bekas biara rahib Katolik. Alih-alih berinterior mewah, bangunan ini justru tinggal rangka. Namun yang mengagumkan adalah pilar-pilar melengkungnya yang masih menyatuh satu dengan lain seperti tulang jembatan. Berjalan di bawah rangka-rangkanya serasa tenggelam ke sebuah masa antah berantah yang mistis dan pahit. Convento do Carmo  ini adalah bukti sekaligus saksi historis kedasyatan gempa bumi Lisbon 2 abad silam, dan sekarang dilindungi sebagai museum.

DENYUT BAIXA

Puas oleh pemandangan di lereng bukit, saatnya kembali turun ke bawah kota, menuju ke bagian Baixa. Ini adalah kawasan pusat perdagangan jaman dahulu, semacam downtown, area pertokoan awal sebuah kota.

Untuk ‘menolong’ Anda, turun dari lereng bukit,  temukan fasilitas unik bernama Elevador de Santa Justa, tepat di sebelahnya Convento do Carmo. Berumur lebih dari seabad, lift baja bercorak Gotik krem ini diotaki oleh Raul Mesnier de Ponsard, murid kesayangan Gustave Eiffel. Berbeda dengan Eiffel Tower, Elevador de Santa Justa dibangun tahun 1900 dengan tujuan mempermudah transportasi antara bagian bawah dan atas Lisbon. Saat pertama dioperasikan, 3000 orang dengan tiketnya datang mengantri naik lift.  Tinggal merogoh koin 2,80 Euro untuk turut merasakan sensasi menumpang bangunan mirip balok yang berstatus Monumen Nasional tersebut.

Menginjak Baixa, yang terlihat adalah jejeran pertokoan, rumah makan cepat saji, dan kios cenderamata neo-classic di lorong-lorong sempit. Area Baixa berbentuk kotak-kotak dan dari dulu terdesain sebagai pusat komersil. Sebelah timur lorong-lorong ini akan mengantar Anda ke dua alun-alun popular yaitu Praça de Dom Pedro IV  atau singkatnya disebut Rossio dan Praça da Figueira.

Rossio dikenal sebagai alun-alun para aristokrat. Tugu jangkung dengan patung Dom Pedro IV penguasa Brazil, kolam air mancur, istana Palácio dos Estaus,  dan Hospital Real de Todos dos Santos adalah contoh  struktur yang mengisyaratkan betapa jaya bangsa ini dulunya. Alkisah, di sinilah dahulunya tempat melepas penat dan rendezvous para kapten kapal, bangsawan, juga pejabat-pejabat penting kerajaan Portugal. Lalu jika mereka hendak mengadakan pesta publik maka acaranya digelar di alun-alun sebelahnya, Praça da Figueira. Dewasa ini keduanya jadi tempat nongkrong wajib bagi Lisboetas (sebutan warga Lisbon). Dari Rossio, Anda dapat melirik lagi Convento Carmo di bukit atas sana dengan jelas, sementara dari Praça da Figueira mata Anda akan tergoda oleh anggunnya kastil St. George. Asal tahu saja, kastil itu dulunya merupakan patokan garis meridian nol pada pemetaan waktu bumi sebelum beralih ke Greenwich Inggris.

LEGENDA PUN BERMULA DI SINI

Portugal tak bisa dipisahkan dengan dunia maritim. Kedigdayaan bangsa ini tercetus dari kontak akrab dengan Samudra Atlantik, seolah mereka tak melihat lautan maha luas itu sebagai pembatas gerak tetapi jalan menuju tanah-tanah baru impian. Lisbon sebagai pusat bangsa pun semakin strategis menjadi ‘penghasut’ impian itu.

Di ujung barat Baixa terdapat satu lagi alun-alun, Praça do Comércio, mempertegas posisi Baixa selaku pusat dagang. Praça ini, dengan gerbang Arco da Rua Augusta yang elegan, menghadap ke Sungai Tagus dan awal mulanya adalah bagian dari istana Paço da Ribeira, tempat tinggal keluarga raja, tapi istananya rusak akibat gempa bumi.  Seperti umumnya praça, di tengahnya pun terdapat tugu patung raja. Di sebelah utaranya berdirilah kafe tertua kota Lisbon, Martinho Da Arcada. Pada abad ke 18-19 ia menjadi lokasi kesukaan para cendekiawan, sastrawan, maupun penulis kondang Portugal semisal Fernando Pessoa, Eça de Queiroz, Almeida Garret, atau Joao de Lemos.

Merasa tidak begitu kenal dengan nama orang-orang yang disebutkan diatas? Jangan kuatir, ada sebuah lokasi yang pasti akan memberi ingatan akan tokoh-tokoh masyur Portugal. Nah, kebetulan masih di Praça do Comércio, gunakan trem atau bus nomor 15 yang biasa berhenti di belakang tugu patung raja kemudian melesatlah ke bagian utara Lisbon bernama Belem.

Kira-kira 6 km bergerak, Anda bakal takjub begitu mendapati sebuah balai megah menjulang dan panjang. Mosteiro dos Jerónimos, namanya. Rumah huni rahib Katolik ini dibangun 500 tahun silam dan gerejanya menjadi tempat doa bagi para pelaut Portugal setiap kali pulang dan pergi dari perjalanan mengelilingi dunia. Gaya bangunan ini lain dari lain sehingga mendapat nama gaya aliran baru disebut ‘Manueline’. Ketika Spanyol mengagresi Portugal tahun 1517, biara ini ditutup untuk umum serta ditambahkan lagi sentuhan khas mereka, gaya ‘Plateresque’. Tak hanya pilar serta langit-langitnya yang mengundang decak kagum, koridor di belakang biara juga luar biasa kaya akan ukiran. Yang menambah istimewa adalah selain gerejanya menjadi kuburan keluarga kerajaan, disini pun jasad pelaut kebanggaan Portugal, Vasco da Gama, dikuburkan.

Sambung perjalanan Anda dengan menyeberangi jalan ke arah tepi Sungai Tagus. Memori nama besar pelaut Portugal kembali hadir lewat monumen putih berbentuk kapal Padrão dos Descobrimentos alias Discoveries Monument. Dinding utara dan selatan monumen terpahat patung-patung penjelajah yang tak asing namanya. Di antara begitu banyak patung terdapatlah Vasco da Gama, Verdinan Magellan, Bartelomeu Dias, Antonio de Abreu, Afonso de Albuquerque, Pedro Escobar, dan St. Francisco Xavier. Lantai monumen dipatri mosaik bergambar Mappa Mundi, peta penjelajahan Portugal. Termasuk Indonesia tentunya, dengan label tahun kedatangan mereka di beberapa pulau Tanah Air. Peta tersebut tambah menawan dilihat jika Anda naik ke atas monumen. Di atas sana pun panorama indah terbentang luas. Salah satunya yakni jembatan merah yang membela sungai Tagus dan patung Yesus, Cristo Rei, setinggi 28 meter di seberang jembatan.

Masih satu lagi monumen yang tak boleh dilewatkan. Anda cukup melangkah beberapa meter ke utara dan sampailah ke menara kuno, Torre de Belém. Di antara semua monumen, bisa jadi dialah yang paling bisa menarik setiap pengunjung Lisbon kepada refleksi lebih dalam tentang kisah-kisah penjelajahan dunia. Kenapa? Karena legenda petualangan bangsa itu bermula di sini.

Faktor historis itulah mengantarnya bersama Mosteiro dos Jerónimos ditera UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia. Torre de Belém adalah mercusuar serta titik daratan terakhir bagi para pelaut sebelum meninggalkan tanah leluhurnya. Tempat ciuman serta lambaian tangan terakhir yang mereka terima dari sanak keluarga, tempat di mana muncul pertanyaan dalam kalbu: “apakah kami akan kembali atau pergi selamanya” Jawabannya? Sebagian memang kembali dengan kebanggaan. Sebagian lagi tak pernah pulang; entah ajal menjemput dalam perjalanan panjang itu, entah dibunuh, atau memilih menetap dan beranak cucu di tanah baru. Mungkin Anda termasuk garis keturunan para pelaut Portugal itu?

Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Create a new perspective on life

Your Ads Here (365 x 270 area)
Latest News
Categories

Subscribe our newsletter

Purus ut praesent facilisi dictumst sollicitudin cubilia ridiculus.