Kota pelabuhan di Benua Kanguru ini acapkali disamakan dengan sosok pria dambaan yang memiliki segalanya. Sedap dipandang, percaya diri, mapan, sporty, dan nyeni.
Teks & Foto: Valentino Luis
Ada banyak alasan untuk menyukai Sydney. Terlepas dari rentetan pujian di atas, kota ini dianggap satu dari kota besar dunia yang paling difavoritkan untuk dijadikan tempat tinggal. Penyebabnya sederhana, usia Sydney terbilang muda (200 tahun) jika dibanding kota-kota lain di bumi, namun perkembangannya berjalan bagus serta terkontrol. Bagian-bagian kotanya mendapat jatah untuk bertumbuh secara adil.
Harmonisasi kota kelahiran aktor Hugh Jackman ini pun ditopang oleh penduduk yang sebagiannya adalah warga naturalisasi. Tidak tampak ras yang mendominasi di Sydney, kendati umumnya Anda berjumpa warga kulit putih, pastilah mereka tak datang dari latar belakang negara yang sama. Cobalah berjalan kaki selama 30 menit saja di pusat kotanya, maka dengan gampangnya menemukan perbedaan etnis. Menyadari keberagaman mereka, peraturan tertulis maupun tata hidup lisan amat mengedepankan toleransi serta keterbukaan cara pandang. Inilah faktor pemicu ‘kesuksesan’ Sydney. Dia tidak mesti bermodal tambang minyak laiknya kota-kota di Arab, atau bermega-megah di atas kejayaan masa lampau seperti kota di negara-negara Eropa.
Mengulik sejarah Sydney, tidak lepas dari komunitas asli Aborigin yang telah berdiam turun temurun. Kontak pertama dengan bangsa Eropa terjadi ketika Kapten Arthur Philip dari Inggris mendarat di teluk Sydney (kini kawasan Harbour) pada Januari 1788. Dikatakan waktu itu sekitar lebih dari 1500 orang Aborigin terdata oleh Arthur. Sang kapten tidak tiba sendirian, tapi beserta 1000 orang lainnya, termasuk awak kapal, yang merupakan pelarian dari Amerika utara (ketika pecah perang kemerdekaan Amerika). Mereka mendapatkan sumber air, lantas memutuskan untuk berdiam di sana. Keputusan itu dibuat tanggal 26 Januari 1788, yang kini dirayakan sebagai ‘Australia Day’.
Keterbukaan Australia, terutama Sydney, terhadap kedatangan imigran terlecuti oleh peristiwa Perang Dunia II, dimana nyaris saja daerah itu babak belur dihantam Jepang. Untungnya, banyak negara turun tangan. Ketika Perang Dunia II selesai, Australia menerapkan Postwar Immigration Program dan menerima banyak warga baru dari Inggris, Jerman, Italia, Polandia, Yunani, Irlandia, dan Portugal. Imigran dari Asia masuk ke Sydney ditandai oleh datangnya pengungsi perang Vietnam. Itulah sebabnya amat gampang menemukan kawasan-kawasan yang didiami oleh kelompok imigran di Sydney. Mereka boleh datang dari latar belakang yang berbeda namun kini sudah menyebut Australia sebagai negaranya. Dukungan pemerintah terhadap ikatan akar budaya tidak diabaikan, tak heran bila selalu ada festival budaya dari masing-masing komunitas tersebut. Hal ini memberi efek kenyamanan untuk tinggal, mendorong ekonomi, dan pelan-pelan menjadi peluru promosi wisata.
TRIP IKONIK
Tidak ada titik yang lebih tepat untuk memulai penelusuran di Sydney jika bukan daerah pelabuhannya. Dimanapun Anda menginap, gunakan kereta atau bis lalu arahkan tujuan ke Circular Quay. Ini adalah stasiun yang pintunya langsung menghadapkan mata Anda ke jantung Sydney yang sekaligus tonggak awal pembangunan kota.
Keluar di pintu sebelah utara Anda akan bersemuka dengan terminal ferry. Ferry-ferry yang tiap hari keluar masuk di sana merupakan ferry wisata, termasuk regular ferry untuk berkunjung ke bagian Sydney yang lain. Pedestarian di sekitarnya selalu terisi oleh para seniman jalanan, seperti penyanyi, pesulap, manusia patung, atau kelompok seniman Aborigin. Sore hari sekitar jam 4 adalah waktu paling tepat merasakan detak Circular Quay dan melangkah di bawah terpaan sinar matahari sore.
Dari sini Anda sudah bisa melihat Sydney Opera House, tujuan pertama Anda sekaligus ikon Sydney, maka berjalanlah ke sisi kanan dermaga. Selepas para seniman jalanan, Anda akan melihat orang-orang bertebaran mengisi kursi restoran serta kafe. Umumnya para pekerja yang datang usai waktu kantor, menikmati sore sembari minum anggur dan bersosialisasi dengan rekan atau klien. Kafe paling ramai adalah yangdi pelipiran Opera House. Puaskan mata dengan pemandangan ke Sydney Harbour Bridge dan tentu saja menekuri arsitektur gedung Operanya sembari menangkap bayangan lalu lalang kapal.
Diotaki oleh arsitek Denmark, Jørn Utzon, venue pertunjukan seni kelas dunia ini melayani tur harian untuk masuk menelisik interiornya. Anda mungkin akan hectic mau lihat ini lihat itu, tapi jangan lupa ambil waktu untuk duduk di tangganya beberapa menit dan biarkan diri bersantai.
Di seberang tangga Opera House, ada jalan yang bakal menghantar Anda ke Royal Botanic Garden, taman hijau seluas 30 hektar. Terdapat hampir 9000 spesies tumbuhan dari Australia maupun asing dirawat disini. Di musim semi area ini tambah berseri oleh tunas-tunas muda serta mekar bunga. Sebuah oase untuk berelaksasi, piknik, atau tidur-tiduran siang.
Dalam area Royal Botanic Garden berdirilah Governmet House. Masuk ke bagian dalamnya gratis. Ruangannya berhiaskan furnitur antik. Usai mengunjungi gedung berarsitektur Eropa ini, lanjutkan menyisir tepi laut bagian timur hingga menghantar Anda ke Mrs. Macqurie’s Chair. Ini semacam tanjung kecil berbatuan, memaparkan panorama ke arah Opera House dengan latar belakang Sydney Harbour Bridge. Banyak orang datang kesini untuk memotret.
Jika lanjut ke timur akan sampai ke Woolomolloo Bay dengan kolam renang Andrew Carlton Pool yang indah. Kembali ke jalan raya, Anda akan berpapasan dengan gedung Art Gallery of New South Wales yang juga gratis dan isinya mengoleksi artifak serta karya seni Aborigin dan Asia. Jika masih sempat, kunjungi pula NSW State Library, biasanya ada pameran seni. Sejajarnya berdiri gedung Parliement NSW, dan Sydney Hospital.
Trip ini dapat dilakukan secara terbalik, maksudnya, Anda mengawali di NSW State Library dan berakhir di Opera House. Agaknya lebih afdol supaya bisa menutup dengan view sunset di sana. Lagipula terdapat Martin Place Station di dekatnya. Tinggal diatur.
Opsi lain adalah memulai pagi hari dengan mengawalinya di Hyde Park. Gunakan kereta tujuan St. James Station. Ini sangat dekat dengan Martin Place Station, tapi lebih strategis karena keluar dari sana Anda bisa langsung berkunjung ke St. Mary Cathedral, gereja terbesar di Sydney. Tempat ibadah ini bergaya Gothic khas Inggris dan sudah ada sejak 1868. Bagian dalamnya indah dengan altar tinggi. Sering ada kelompok berlatih paduan suara.
Setelah St. Mary Cathedral, lokasi wajib adalah membaur dalam kesibukan suasana pusat belanja di Market Street, sebelah barat Hyde Park atau seberang St. Mary Cathedral. Cukup tengok menara jangkung Sydney Tower & Sky Walk, maka semua akan jelas. Kawasan ini dipenuhi pertokoan, butik-butik fashion bermerek. Pedestariannya lebar dan jadi tempat nongkrong juga arena ngamen bagi seniman atau penyanyi lokal.
Anda tentu ingin mengeker Sydney dari ketinggian, bukan? Nah, Sydney Tower & Sky Walk ini terbuka untuk dikunjungi. Dengan membayar tiket, Anda dihibur oleh tayangan bioskop 4D yang mempertontonkan keindahan kota Sydney lengkap dengan semprotan air dan efek lainnya. Selanjutnya menuju ke View Room dimana Anda akan melihat Sydney dengan panorama 360 derajat. Yang belum puas dan punya nyali, boleh menjajal Sky Walk, berjalan di luar menara pada ketinggian 268 meter. Berani?
DARI SANG RATU HINGGA SELEBRITIS
Penelusuran kali ini yakni mendatangi pusat wisata tetangganya Sydney Harbour. Dimulai di Town Hall Station, pilih pintu keluar QVB alias Queen Victoria Building. Bergaya Romanesque, bangunan ini adalah rumah bagi pusat belanja elegan. Melangkah ke dalam ruangannya, seperti melewati sebuah lorong istana. Terdiri dari empat lantai, rasakan belanja a la ratu. Atau menikmati brunch berupa kue serta kopi di gerai-gerainya.
Keluar di pintu QVB yang ditandai dengan patung sang ratu, menyeberanglah ke Sydney Town Hall, tempat konser tersohor juga tempat janjian berjumpah warga. Di sampingnya menjulang St. Andrew’s Cathedral yang mencolok dengan dua menara kembar. Ini adalah katedral tertua di Australia. Masuk ke dalam, jangan lupa melongok orgel klasik yang terletak di sebelah kanan samping altar.
Kini Anda beralih ke kawasan lain, Darling Harbour. Kawasan ini terbilang modern, dan jika Anda traveling bersama keluarga serta buah hati, Darling Harbour adalah tempat yang pas. Melangkahlah ke arah barat, semua orang tahu lokasinya. Darling Harbour dulunya agak terlantar, kemudian pada akhir tahun 90an mulailah dilakukan pembangunan konstruksi. Terdapat sejumlah arsitektur masa kini menjelang tibanya Anda di tepi pelabuhan.
Sisi timur Daling Harbour terisi oleh restoran, dan wahana hiburan keluarga yang mengedepankan pengetahuan. Mulai dari Chinese Garden, disusul Powerhouse Museum yang memamerkan produk-produk science dan teknologi. Sea Life Aquarium pastinya jadi semangat bagi anak-anak, selain bagus, tempat ini adalah rumah asal Si Nemo, tokoh ikan dalam film terkenal itu. Bersebelahan dengannya, Anda tak akan salah mengenali warna merah mentereng cirri khas museum patung lilin Madame Tussauds. Saatnya bertemu para selebritis. Dari Barrack Obama hingga supermodel Miranda Kerr.
Petualangan di Darling Harbour belum berakhir. Menyeberanglah ke sisi lain dermaga dengan berjalan kaki melintasi Pyrmont Bridge, jembatan antik lapang khusus pejalan kaki. Tiba di seberang, telah menunggu Australian National Maritime Museum, selain gedungnya yang besar, museum ini juga memajang kapal-kapal layar secara terbuka di dermaganya, seumpama galangan kapal. Siapa saja yang melintas bisa melihatnya. Terdapat pula Darling Lighthouse, mercusuar tua yang berdiri tegak dengan warna putih bersih berlarik merah.
SENJA DI PUNCAK ATAU DI KAKI JEMBATAN?
Tak yang menampik untuk menjejakkan kakinya di jembatan kebanggan kota penyelenggara Olimpiade 2000 ini. Sydney Harbour Bridge adalah magnet lain. Ada sejumlah cara untuk menikmati kemegahannya. Bisa berlayar di bawahnya, melintasi jembatannya, naik dan meniti rentangan besinya yang tinggi, atau duduk menatap Sydney dari seberang tepat di kakinya.
Waktu paling tepat adalah sore hari. Akan ada perpektif yang luar biasa serta beda bila menilik Sydney sore hari hingga matahari terbenam dengan jembatan ini sebagai titik pandanganya. Mula-mula berangkat dari Circular Quay Station, lantas pilih ke sisi barat, berlawanan dengan Opera House yang dikenal dengan sebutan kawasan The Rock. Cari jalan mendaki setelah melewati Museum of Contemporary Art. Putuskan apakah Anda mau berjalan kaki menyeberangi jembatan saja ataukah ikut tawaran trip meniti bagian atas jembatan.
Bila mau menyeberangi jembatan dengan berjalan kaki, silakan ambil arah ke Chamberland Street, tepatnya di tengah-tengah jalur bertangga. Akses kesini bebas dan gratis. Hanya perluh diingat bahwa baiknya membawa bekal air minum sebab jembatannya cukup panjang. Nikmati pemandangan dari ketinggian kira-kira 88 meter. Sampai di ujung utara, turunlah ke bagian kota Kirribilli. Lansekap Sydney tambah menawan dipantau di Pylon Lookout, tepat di bawah kaki jembatan.
Berjalan-jalanlah menikmati vista, sampai ke Luna Park. Ditandai oleh gerbang berupa wajah badut raksasa tertawa, Luna Park merupakan taman bermain anak-anak, lengkap dengan bianglalanya. Nah, sebegitu memikatnya Sydney, bukan? Siapkan waktu Anda untuk menelusurinya.